Ticker

6/recent/ticker-posts

LDII Gelar Sekolah Virtual Kebangsaan, Perkuat Wawasan Pengurus Se-Indonesia





Tcm Jakarta (23/8). Dalam upaya memperkuat wawasan kebangsaan di tengah tantangan globalisasi dan era digital, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menggelar Sekolah Virtual Kebangsaan. Acara ini berlangsung secara hybrid di Ballroom Minhajurosyidin Jakarta pada Sabtu, 23 Agustus 2025.

Dalam sekolah virtual kebangsaan ini, LDII Provinsi Papua Tengah juga mengikutsertakan 4 pengurusnya untuk hadir secara langsung di ballroom Minhajurosyidin Jakarta. Adapun keempat utusan adalah H.Nuryadi,M.MPd.,selaku Ketua, Ir. Niki Afidah Mukmin, S.T.,M.T., selaku sekretaris, Ari Purwoko,S.P., dan H.Christanto, S.P. 

Ketua DPW LDII Provinsi Papua Tengah Nuryadi menyampaikan bahwa nasionalisme Indonesia menghadapi tantangan besar di tengah globalisasi.

Ia juga menyebutkan bahwa penurunan kualitas kebangsaan bisa berasal dari dinamika internal bangsa, seperti ketimpangan sosial , isu SARA juga dapat memicu masalah etnik, khususnya di wilayah Papua.
Nuryadi juga menegaskan bahwa Sekolah Virtual Kebangsaan adalah upaya LDII untuk membantu pemerintah memperkuat semangat nasionalisme dan wawasan kebangsaan.

Pemerhati Politik Pertahanan sekaligus Juru Bicara Presiden Prabowo Dr. Dahnil Anzar Simanjuntak, menyebut Indonesia menghadapi dua titik ekstrim dalam menjaga kedaulatan. Pertama, menghadapi ide tidak penting adanya negara (agnostik negara). Kedua, radikalisasi agama yang menganggap segala hal yang terkait negara adalah berhala.

Dahnil yang juga menjabat Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji (BPH) RI, mengingatkan ancaman kedaulatan bangsa, tidak hanya dari ideologi, namun juga persoalan pangan, air, dan energi. Hal tersebut ditekankan Dahnil saat menjadi pembicara dalam Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK).

Ia menyinggung pernyataan Presiden Prabowo Subianto pada masa lalu. Pada 2014, Prabowo sudah mengingatkan adanya ancaman non-militer di masa depan. Menurut Dahnil, konteks global saat ini menunjukkan kebenaran hal tersebut. Ia mengutip survei internasional, survei ekonomi dari The Economist pada 2018, yang memprediksi Amerika Serikat dan Eropa menjadi kawasan paling siap menghadapi krisis pangan 2035.

Dahnil menilai LDII memiliki posisi unik dalam lanskap ormas Islam. Jika Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama berperan meramu nilai keislaman ke dalam kebangsaan sejak sebelum kemerdekaan, LDII disebut sebagai organisasi yang mengoperasionalkan nilai-nilai itu di level praktik. “LDII ini sudah produk jadi. Tinggal bagaimana generasi mudanya mampu mengimplementasikan warisan itu dalam konteks tantangan kontemporer,” katanya.

Dalam forum itu, ia mengapresiasi LDII yang memberi ruang luas bagi generasi mudanya untuk mengekspresikan diri, terutama di media sosial. Baginya, langkah tersebut merupakan cara adaptif dalam menghadapi era digital sekaligus menyebarkan nilai Islam yang ramah dan nasionalis. “Saya senang LDII agresif memberi anak muda ruang berekspresi di sosmed. Ini cara cerdas agar dakwah Islam tetap relevan dengan zaman,” pungkas Dahnil.
Gubernur Lemhanas RI Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si dalam materinya menyampaikan Geopolitik global  berpengaruh pada ketahanan nasional.
Ia juga menjelaskan dengan program astacita pemerintahan Presiden Prabowo, pemerintah ingin Indonesia bisa menuju pada ketahanan pangan, air,dan teknologi.
Koperasi merah putih adalah salah satu cara kebutuhan pasokan pangan bisa tumbuh dari bawah.


Tcm Arbi/Tcm Ridho