Ticker

6/recent/ticker-posts

Kemenhaj dan LDII Satu Suara untuk “Menjaga Alam Itu Fardhu ‘Ain!” Indonesia Diingatkan Hadapi 12,7 Juta Hektare Lahan Kritis



Tcm Jakarta (9/12/25). Bencana banjir besar yang melumpuhkan Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat memicu respons luar biasa dari pemerintah dan ormas Islam. Kementerian Haji dan Umrah RI langsung mengeluarkan kebijakan darurat berupa penundaan seleksi petugas haji serta relaksasi pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) bagi calon jemaah dari wilayah terdampak.

Wakil Menteri Haji dan Umrah RI, Dahnil Anzar Simanjuntak, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk kepedulian pemerintah agar warga yang menjadi korban banjir tidak kehilangan kesempatan menunaikan ibadah haji. “Kita ingin memberikan ruang persiapan yang lebih matang. Jangan sampai musibah ini memutus niat jamaah menuju Tanah Suci,” tegasnya.

Namun Dahnil menyampaikan pesan yang jauh lebih keras dan menggugah: musibah banjir harus menjadi alarm nasional untuk memperkuat dakwah ekologis.
“Komitmen merawat hutan, sungai, dan alam bukan pilihan lagi. Ini fardhu ‘ain, kewajiban setiap individu,” ujarnya.

Seruan itu bukan hanya sikap birokratis. Banjir yang menghantam Aceh Tamiang dan Tapanuli Tengah, dua kampung halaman Dahnil, membuatnya turun langsung bersama relawan Matahari Pagi Indonesia menyalurkan bantuan. “Ini bukan hanya musibah, ini pesan dari alam,” katanya.

LDII: Kalau Tidak Menanam Pohon Hari Ini, Kita Menanam Krisis untuk Masa Depan

Nada serupa datang dari Ketua DPP LDII sekaligus Guru Besar IPB, Prof. Sudarsono. Dengan angka mencengangkan 12,7 juta hektare lahan kritis, ia mengingatkan bahwa Indonesia berada di tepi jurang krisis lingkungan.



“Banjir dan longsor bukan lagi fenomena tahunan ini tanda alam sedang rusak parah,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa pohon adalah mesin kehidupan: penyerap karbon, penghasil oksigen, penjaga siklus air, hingga benteng tanah dari longsor.

“Jika hari ini kita tidak menanam pohon, kita justru menanam krisis yang akan dipanen oleh anak cucu,” tegasnya.

LDII sendiri sejak 2007 menjalankan program Go Green, menanam jutaan pohon di seluruh Indonesia. Sudarsono mengingatkan bahwa tradisi Nusantara sejak lama memuliakan pohon sebagai simbol kehidupan dan dari beringin hingga ritual adat Kalimantan dan Papua.

Seruan Kolaborasi Nasional: Dari Pemerintah Hingga Masyarakat

LDII mendorong dakwah ekologis melalui pesantren, sekolah, hingga struktur organisasi di wilayah - wilayahnya. Salah satu pusat edukasi lingkungan berada di Buper Cinta Alam Indonesia Wonosalam, Jombang, yang menjadi laboratorium generasi muda pecinta alam.

Sudarsono menekankan bahwa penyelamatan lingkungan hanya bisa berhasil jika semua pihak bergerak bersama maka pemerintah, akademisi, swasta, ormas, hingga masyarakat. Mulai dari pemilihan jenis pohon, perawatan pasca tanam, hingga pengembangan ekonomi hijau seperti perdagangan karbon dan ekowisata.

“Menanam pohon itu sederhana, tapi dampaknya luar biasa. Pohon kecil di bantaran sungai bisa menjadi penahan banjir, penyaring udara, dan penopang kehidupan,” tutupnya.


Tcm Muslimin/Tcm Sdj