TCM BANTAENG.,- Pantai Seruni kembali menjadi pusat perhatian ribuan pasang mata. Jumat, 5 Desember 2025, Pemerintah Kabupaten Bantaeng resmi membuka Festival Kaloli 2025, sebuah pesta budaya besar yang tahun ini tampil jauh lebih megah dengan tema “Bangkit Semarak, Deru Tradisi Bantaeng.”
Menjelang Hari Jadi Bantaeng ke-771, festival yang mengangkat kuliner tradisional kaloli dan hidangan berbahan dasar beras yang dibungkus daun nipah menjadi simbol kuat bahwa tradisi masyarakat Bantaeng bukan hanya bertahan, tetapi bangkit dengan energi besar.
400 Penari Bentuk Angka 771, Suguhan Kolosal Bikin Merinding
Sebanyak 400 penari dari berbagai sanggar tampil memukau dalam pertunjukan kolosal yang membentuk formasi angka 771. Aksi ini sontak memancing decak kagum pengunjung, sekaligus menjadi ikon visual kebangkitan budaya di Bantaeng.
Pertunjukan seni tersebut melibatkan OPD, kecamatan, kelurahan, desa, dan komunitas seni, menjadikan festival ini sebagai ruang kolaborasi terbesar di penghujung tahun.
Makan Kaloli Bersama: Tradisi yang Mengikat Warga
Salah satu momen paling ditunggu adalah ritual makan kaloli bersama, di mana setiap peserta wajib menyajikan 50 kaloli dan 1 porsi gagape. Hidangan pertama diserahkan kepada panitia sebagai simbol kebersamaan, sementara sisanya dipertandingkan dalam kompetisi kuliner.
Lomba Kuliner Semakin Ketat saat Kompetisi penilaian dilakukan dengan standar ketat, mencakup:
Rasa
Tekstur
Kebersihan
Penyajian
Kreativitas
Ajang ini bukan sekadar lomba, tetapi juga dorongan bagi generasi muda untuk mencintai kuliner leluhur dan mengembangkannya ke tingkat yang lebih modern tanpa kehilangan identitas.
Tradisi Bantaeng Kian Bergema didalam Festival Kaloli 2025 yang sukses membuktikan bahwa masyarakat Bantaeng memiliki antusiasme yang kuat dalam menjaga tradisi, memperkuat identitas budaya, sekaligus mempromosikan wisata daerah. Acara berlangsung dalam suasana meriah, penuh warna, dan sarat makna.
Dengan energi besar yang dipancarkan tahun ini, Festival Kaloli semakin kokoh sebagai ikon budaya Bantaeng yang bukan hanya bertahan akan tetapi terus hidup, berkembang, dan bergema hingga ke penjuru Nusantara.
Tcm Suarni/Tcm Rifai
